Pembukaan program magang nasional, Smesco

Sedikitnya 250 peserta program magang nasional kementrian koperasi RI sedang mengikuti acar pembukaan di gedung SMESCO, jl. Gatot Subroto Jakarta..

Pembukaan praktek magang, KOPTI

Sebanyak 20 orang peserta mengikuti acara pembukaan magang dan materi hari pertama untuk sektor produksi tahu tempe. acara dilangsungkan di gedung Primkopti Jakarta Selatan, 3 November 2011

Belajar mengelola keuangan usaha

Salah satu materi yang dielaborasi dalam acara magang tersebut adalah manajemen keuangan. materi ini dirasa penting untuk menumbuhkan mental kewirausahaan yang lebih sistematis dan terencana

Memantapkan sektor tempe

Forum Tempe Indonesia (FTI) selaku salah satu narasumber dalam lanjutan magang di kantor MercyCorps, mengemukakan berbagai potensi besar yang dimiliki oleh tempe sebagai sebuah komoditas yang bukan 'remeh temeh' serta memiliki potensi ekonomi yang besar

Dinamika kelompok

Metode penyampaian yang mengedepankan partisipasi dan dialog diharapkan mampu memacu rasa keingintahuan, pelibatan diri dan integrasi pada serapan-serapan materi. Dengan demikian peserta akan lebih dalam memahami persoalan tahu tempe dan mampu merumuskan ide-ide lebih segar

Turun dapur tempe

Praktek di dapur tahu tempe, melihat dan merasakan langsung proses produksi tempe bagi peserta diharapkan dapat memberi gambaran yang lebih gamblang tentang tempe, pola produksi dan berbagai permasalahannya

Angkat tempe ke tempat penyimpanan

Meski sebagian besar peserta adalah putra-putri para produsen tempe, dengan mengajak mereka melihat dan merasakan proses pembuatan tempe di tempat lain diharapkan mampu memberi ruang perbandingan untuk menajamkan gambaran tentang sektor tahu tempe

Take gambar di lokasi praktek magang

Proses pendokumentasian acara magang oleh petugas yang ditunjuk kementrian koperasi, nantinya diharapkan mampu memberi informasi yang lebih yang dapat meyakinkan putra-putri perajin, dan masyarat umum, bahwa sektor tahu tempe memiliki andil yg besar dalam putaran ekonomi bangsa karena jumlahnya yang mencapai ribuan

Kopti Jaksel Vis a vis Kopti Kendal

Kopti Jakarta Selatan sedang melakukan sharing pengalaman dengan pengurus Kopti Kendal jateng. Pertemuan tsb diharapkan saling ukur kekuatan dan kelemahan dari masing-masing lembaga untuk upaya perbaikan kinerja organisasi dan usaha kedepan.

Gudang tempe Pak Sohibien

Tampak Pak Sohibin (perajin tempe) sedang menunjukkan gudang tempe miliknya. tempe-tempe yang telah diproses dan dikemas akan diletakkan ditempat ini untuk selanjutnya siap dilempar ke pasar.

Promosi Peralatan produksi Higienis

Tampak Pak Ateng (distributor) sedang dengan bersemangat mempromosikan peralatan produksi yang dijual di showroomnya seperti ketel uap, bronjong, dandang, mesin pemecah kedelai hingga cetok tahu, yang kesemuanya berbahan stainless steel.

Demonstrasi Ketel Uap Tahu

Peserta launching berkesempatan menyaksikan showroom peralatan produksi tahu dan tempe, termasuk demo ketel uap untuk permbuatan tahu berbahan bakar LPG hasil besutan Pak Eman asal Ciamis ini.

Equipment Launching Bekasi

Sedikitnya 80 produsen tahu dan tempe hadir dalam acara Diskusi dan Peresmian Kerjasama antara SNP Finance dan distributor peralatan di Margahayu, Bekasi(23/09/11)

Workshop pembuatan tempe

Peserta workshop pembuatan tempe tengah dengan serius mendengarkan penjelasan dari Pak Sunoto, perajin tempe percontohan program TnT Mercycorps di Kramat Djati, Jakarta Selatan (17/08/11).

Sosialisasi Pola Produksi Higienis Jakut

M. Ridha tengah memberikan presentasi terkait pola produksi tahu dan tempe higienis dalam acara pendampingan yang diselenggarakan oleh Sudin Pemerintahan dan KOPTI Jakarta Utara.

Labeling sebagai kontrol kualitas

Tim TnT Mercycorps tampak sedang terlibat diskusi tentang branding bersama dua perajin tempe asal Kranggan, Sarbun dan Muslim. Di rumah yang sekaligus pabrik milik Pak Sarbun tsb mereka bertekat memulai proses branding sebagai langkah lanjut..

Perajin menentukan desain label

Pak Muslim, seorang perajin asal Kranggan Bekasi, tampak sedang berargumentasi mengenai nama label yang akan dipakainya dalam proses branding: akhirnya label "Tempe Pak Mus Pekalongan" dipilihnya dengan yakin sebagai alternatif terbaik.

"Tahuku" diserbu pengunjung

Stand tahu higienis bebas formalin, "TAHUKU" milik Pak Carido dari Mampang tampak diserbu pengunjung hingga ludes terjual, dalam event bertajuk Festival Makanan Nusantara di halaman kantor Walikota Jakarta selatan (28/07).

Setuju tanpa formalin!

Beberapa pengunjung stand tampak terlibat pembicaraan serius tentang proses produksi tahu higienis dan menghindari penggunaan formalin sebagai pengawet.Seorang anggota tim MercyCorps tampak ikut bergabung dalam percakapan tersebut

Boot TnT MercyCorps di MEKAR 2011

Boot TnT Program MercyCorps mendisplay peralatan produksi stainless steel sebagai sarana promosi produk tahu dan tempe higienis dan ramah lingkungan. Sementara itu beberapa produk tempe ludes diserbu pengunjung

Stainless steel untuk produk higienis

Ridha menjelaskan fungsi peralatan berbahan stainless sebagai salah satu cara yang sangat mendasar. selain lebih mudah untuk membersihkan, pemakaian alat ini dapat menekan resiko tercampurnya kacang kedelai dengan karat yang berbahaya untuk terkonsumsi oleh manusia

Rame-rame borong tempe

Pengunjung yang sebagian besar adalah kalangan pebisnis muda beramai ramai saling kunjung stand untuk bertukar informasi. Beberapa pengunjung tampak singgah di boot TnT dan memborong beberapa produk tempe yang sebenarnya disediakan untuk sample display

Mendeteksi potensi bisnis dan investasi

Team TnT MercyCorps tengah menjelaskan kepada seorang pengunjung tentang perbedaan produk tahu tempe yang diproduksi secara konvensional dengan produk higienis yang telah menggunakan peralatan berbahan stainless steel dan LPG gas sebagai bahan bakarnya

Stand KOPTI Jaksel di Harkopnas Expo

Harkopnas Ekspo 2011 diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta dalam rangngka memperingati Hari Koperasi nasional ke-64. Ekspo diikuti oleh banyak kalangan pelaku usaha kecil dan menengah dari berbagai kota dan provinsi di Indonesia

Tester tahu tempe PRIMKOPTI Jaksel

Selain menyediakan fresh tempe higienis yang masih hangat dan siap olah, stand PRIMKOPTI Jaksel juga menyediakan beberapa jenis olahan tahu dan tempe yang sudah dikemas rapi dan berlabel. Pengunjung dapat mencicipi tester gratis di lokasi expo

Kunjungan artis dan pejabat negara

Selain ramai dikunjungi oleh kalangan umum dan mendapat apresiasi yang positif, stand Primkopti Jaksel juga menerima kedatangan beberapa pejabat kementrian koperasi, gubernuran DKI serta Dekopin.

Tampilkan postingan dengan label Tempe Equipment. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tempe Equipment. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 November 2011

KOPTI Jaksel Lakukan Study Banding di Kendal dan Semarang Jawa Tengah

Upaya KOPTI Jakarta Selatan untuk menggenjot motivasi anggotanya demi mau berubah dan memperbaiki pola produksi tahu dan tempe patut diacungi jempol. Sebanyak tidak kurang dari 50 anggota dan pengurus KOPTI sudah tampak bersiap untuk melakukan perjalanan cukup jauh pada 21 Oktober dini hari dengan tujuan Kendal dan Semarang untuk melakukan study banding pada rumah produksi seorang perajin tempe sukses di kota itu, Pak Sohibin, serta kantor KOPTI Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Turut dalam rombongan itu dua perwakilan team program T&T MercyCorps, Ridha dan Loji.

Kunjungan Ke KOPTI Kendal
Di Kendal, rombongan yang tiba sekitar pukul 10 pagi dengan mengendarai satu unit bus tersebut disambut dengan antusias oleh jajaran pengurus Kopti Kendal di kantornya. Dalam acara sharing yang digelar beberapa saat setelah itu, seorang pengurus Kopti Kendal sempat berseloroh, "Masak kelas enam mau study banding dengan kelas tiga..". Guyonan itu pun disambut tawa segar para hadirin. Berbicara dalam kesempatan tersebut Tohari dan Sutaryo mewakili pengurus Kopti Jaksel. Keduanya mengutarakan maksud dan tujuan acara kunjungan itu sebagai upaya untuk berbagi pengalaman dengan pengurus Kopti Kendal yang terhitung sebagai Kopti yang memiliki rating "diperhitungkan", dengan omset miliaran melalui usaha simpan pinjam dan suplay kedelai. Secara spesifik Sutaryo mengutarakan aspek usaha yang telah dilakukan oleh Kopti jakarta selatan dengan berbagai dinamikanya, selain juga menceritakan selayang pandang sejarah Kopti jaksel yang juga mengalami berbagai "badai" paska subsidi pemerintah sebagaimana juga banyak dialami Kopti-Kopti lainnya hingga akhirnya gulung tikar. Hal tersebut disampaikan Sutaryo untuk menjawab sebuah paparan pengantar seorang pengurus kopti kendal yang menyebut kopti Jaksel memiliki berbagai kemudahan karena berbasis di Ibukota negara.Hal lain yang menarik dari paparan Sutaryo adalah terkait upaya mendorong anggotanya mengganti peralatan lama dengan stainless stell dengan melakukan kerjasama dengan leasing. Dalam kaitan tersebut dia juga tak lupa menyebut MercyCorps sebagai mitra strategis yang selama ini hadir dalam upaya ikut mempromosikan produksi tahu dan tempe higienis di wilayah jakarta Selatan.

Ketua Kopti "Harum" Kendal, Rifai, secara umum menanggapi paparan Tohari dan Sutaryo dengan berusaha tetap merendah, "kami yang mustinya melakukan study banding, karena kelas kami masih di bawah kopti Jaksel yang baru saja mendapat predikat Kopti terbaik nasional urutan ke-tiga", kata Sutrisno, ketua Puskopti Jawa Tengah yang juga hadir dalam kesempatan itu. "Kami merasa tersanjung dan berterimakasih bisa berkesempatan melakukan sharing dengan bapak-bapak yang hadir di sini", tambahnya lagi. Ia juga menambahkan pentingnya untuk saling mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing lembaga untuk selanjutnya menjadi pelajaran dan pengalaman demi perbaikan bagi satu sama lain.
Dapur Produksi Tempe "Indofood" Sohibin
Sekitar pukul 1 siang rombongan pun segera berpamitan kepada seluruh pengurus Kopti Kendal untuk melanjutkan lawatan menuju kota berikutnya, Semarang. Tidak berbeda dari sebelumnya, ternyata di halaman rumah Pak Sohibin juga telah terpasang sebuah tenda ukuran sedang lengkap dengan tatanan kursi dan meja prasmanan plus hudangan makan siang yang menurut tuan rumah sudah dipersiapkan sejak dari pagi.

Dalam kesempatan tersebut, Sutaryo memulai sambutannya gengan memberi gambaran tentang profil pak Sohibin yang saat ini telah mampu berproduksi hingga 500kg kedelai perhari serta telah menjadi pemasok tempe bagi sebuah perusahaan makanan terbesar di Indonesia, Indofood. Turut menyambut dalam kesempatan itu Lurah setempat, Sohibien sendiri dan Ibu Nia, seorang peneliti dan pengurus Forum Tempe Indonesia (FTI) Jawa Tengah.

Dalam testimoninya sohibien menceritakan berbagai pengalamannya dari memulai usaha tempe dengan cara tradisional menggunakan drum oli hingga akhirnya memakai peralatan stainless. "Saya bukannya promosi loh ya.. tapi memakai stainless dan tidak itu perbedaannya sangat jelas. selain menjadi makin bersih, tempe kita juga bisa lebih enak di rasa dan lebih tahan lama. hal ini ditambah lagi dengan cara saya memasak yang sebanyak dua kali", katanya. "Saya dulu juga pakai drum bekas oli sebagaimana sebagian besar masih dipakai oleh perajin-perajin tempe. tapi setelah dikenalkan dengan stainless dan akhirnya mencoba perlahan-lahan produksi saya mulai terasa meningkat kualitasnya. Ketika Indofood menawarkan kerjasama dengan saya, maka saya pun berjuang bagaimana caranya mempertahankan kualitas dengan jumlah supplay yang diperlukan. maka saya pun mulai membenahi dapur dan gudang penyimpanan. Selain tetap menjual tempe untuk pasaran umum, supplay ke indofood bisa saya atasi dengan baik", kisah sohibien panjang lebar. Ridha yang ikut mendampingi Sohibien saat itu juga menambahkan berbagai keuntungan menggunakan stainless steel untuk perbaikan kualitas produksi tempe serta memberikan dorongan agar perajin dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan produk higienis yang semakin banyak dikehendaki masyarakat.

Setelah acara diskusi dan tanya jawab, rombongan diajak oleh sang empunya pabrik untuk mengunjungi tempat produksi. Dapur milik perajin itu tampak memang sangat bersih, luas dengan berbagai peralatan yang tersetup dengan rapih dan bersih. terdapat dua dandang ukuran superjumbo dengan empat titik lobang pembakaran gas, peniris otomatis serta berbagai peralatan pendukung lainnya. Setelah puas melihat-lihat sambil melontarkan berbagai pertanyaan kepada tuan rumah, rombongan selanjutnya diajak melihat gudang produksi yang terletak di tempat yang terpisah.

Pada gudang yang terbilang rapih dan cukup luas itu terdapat ratusan bungkus tempe yang sebagian telah siap untuk dikonsumsi. Dan benar saja, sebuah mobil milik PT. Indofood tampak sedang diparkir didepan gudang tersebut untuk melakukan pengambilan. "Sebagian akan segera dibawa ke Indofood untuk diproses", celetuk Sohibien. "Yang terpenting di sini tempe-tempe ini harus bisa benar-benar kuat. pengirisan yang dilakukan dengan tingkat ketipisan sebagaimana diinginkan Indofood menuntut tekstur tempe yang "keras" dan tidak 'protol' saat diiris", tambahnya lagi.

Sekitar pikul 5 sore hari rombongan terpaksa harus menyudahi keingintahuan mereka untuk selanjutnya bergegas menuju penginapan. Dalam perjalanan tersebut tak sedikit dari perajin yang saling melontarkan berbagai pendapatnya terkait dapur tempe kepunyaan Sohibien. Meski sebagian besar masih merasa terlampau jauh untuk bisa membandingkan diri, tapi toh hampir seluruh perajin yang turut dalam rombongan itu sudah pasti setuju bahwa Pak Sohibien pasti membutuhkan proses yang panjang untuk bisa menjadi seperti sekarang ini. Kepercayaan yang didapatnya dari Indofood pun tentu dengan pertimbangan yang benar-benar matang beralasan dan bukan sekedar lantaran nama Sohibien memiliki kemiripan pengucapan dengan kata Soybean yang yang berarti kacang kedelai, bahan dasar tempe. (Loji)

Kamis, 18 Agustus 2011

Pendampingan dan Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Produk Pengrajin Tahu Tempe Jakarta Utara

Kegiatan  Pendampingan dan Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Produk Pengrajin Tahu Tempe merupakan salah satu bentuk perhatian  Suku Dinas Perindustrian dan Energi – Kota Adminsitrasi Jakarta Utara kepada pengrajin tempe yang berada di Jakarta Utara. Tujuannya adalah agar kualitas tahu dan tempe dapat ditingkatkan dengan penggunaan Cleaner Production.  Acara yang diselenggarakan  pada tanggal 16 Agutus 2011 , bertempat di Kantor Kesekretariatan RW 12, di Jln. H. Murtado RT/RW 10/12 Tugu Utara, Semper dan dihadiri oleh 39 orang peserta yang kesemuanya pengrajin tempe. Tema utama kegiatan ini adalah Kita tingkatkan kualitas Produk Sentra Industri Tahu Tempe.

Dalam pembukaan acara yang disampaikan oleh  Bapak Lasman Napitupulu – Suku Dinas Perindustrian dan Energi – Kota Adminsitrasi Jakarta Utara,  dikemukakan bahwa  kegiatan ini merupakan tindak lanjut diskusi antara KOPTI Jakarta Utara, Sudin  dengan Mercycorp beberapa waktu yang lalu dan mendapat respon positif dari pemerintah daerah DKI Jakarta, sehingga terselenggara pelatihan ini. Waktu pelatihan yang terdiri dari 1 hari penyampaian materi dari narasumber dan beberapa hari  pendampingan penggunaan alat clearner production.

Mohammad Ridha – PO T&T  sebagai narasumber pertemuan ini menyampaikan mengenai Good Health Production yang meliputi 4 unsur yaitu Kebersihan pekerja, Kebersihan peralatan, kebersihan lingkungan kerja dan kebersihan produk. Melalui materi ini diharapkan  pengrajin tempe di Jakarta Utara memiliki kesadaran dan mengetahui  produksi tempe yang memenuhi standard Good Health Production.

Materi yang disampaikan oleh narasumber sangat tepat dengan kondisi pengrajin tempe di Jakarta Utara saat ini. Indikasinya adalah  mereka mengakui:
  • 1.    Bahwa tempat untuk merebus kacang kedelai sebagai bahan baku tempe  masih menggunakan drum. Mereka membeli dengan harga Rp 80.000 – Rp 100.000 per drum. Masa penggunaan barang tersebut  untuk jangka waktu 6 bulan – 1 tahun.
  • 2.    Jika drum karatan dan kemudian dibersihkan dengan meng”erok” karat dapat menyebabkan drum bocor sehingga mereka hanya mencucinya saja.
  • 3.    Untuk merebus menggunakan kayu bakar, sehingga pengrajin harus menyediakan tempat  untuk penyimpanan kayu baker, kemudian  lokasi penyimpanan menjadi sarang tikus.

Kekhawatiran Pengrajin tempe terhadap pergantian peralatan produksi adalah penggunaan gas elpiji. Kasus meledaknya tabung elpiji dibeberapa wilayah di Indonesia cukup berpengaruh terhadap aspek psikologis pengrajin. Melalui penyampaian informasi  tips penggunaan kompor gas elpiji secara benar dapat menghindari pengrajin dari ledakan gas elpiji.

Respon dari pengrajin tempe untuk menggunakan cleaner production cukup baik dan akan  dipikirkan setelah lebaran, karena konsentrasi saat ini untuk menghadapi  lebaran. Untuk hal ini, Kopti Jakarta Utara - Bapak Khalwi siap membantu pengrajin tempe untuk menyediakan cleaner Production. 

Selain itu,  penggunaan unsure tambahan seperti pewarna makanan yang dicampur dalam proses produksi tempe juga mendapat perhatian dari pihak Sudin Jakarta Utara dengan menginformasikan 26 jenis  bahan tambahan makanan yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/PER/X/88. Informasi tersebut dilengkapi dengan pengaruh penggunaan bahan tambahan makanan terhadap kesehatan manusia. Penggunaan Borax  dan Formalin juga tidak luput dari pembahasan karena pemakaian zat pengawet tersebut dapat menyebabkan penyakit seperti;  kanker Paru-paru, gangguan;  jantung, ginjal, otak, kulit dsb.

Diakhir pertemuan terdapat  tips bagi customer  dalam memilih tempe yang baik : 1. Pilihlah tempe yang tidak diberi pewarna. 2. Amati tempe yang dibeli, apabila warnanya terlalu cerah atau mencolok sebaiknya jangan dipilih, karena pertanda bahwa makanan tersebut menggunakan pewarna “non food colour”. 3. Tempe baru terlihat segar dan terasa padat jika ditekan, permukaanya diselimuti oleh jamur dan berwarna putih. 4. Jika tempe mulai lunak, kehitaman, berlendir dan baunya menyengat, ini tanda tempe sudah beberapa hari. 5. Jika ingin menyimpan tempe untuk beberapa hari sebaiknya simpan didalam kulkas, bungkus rapat-rapat dan tidak lebih dari 3 hari.(Yuyu)

    Selasa, 24 Mei 2011

    Giliran Primkopti Jakbar Helat Sosialisasi dan Peluncuran Produk Equipment


    Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tempe dan tahu merupakan makanan tradisional yang sangat populer. Kepopuleran tempe dan tahu tersebut ditunjang oleh harganya yang relatif murah, rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, memiliki potensi medis, berkhasiat untuk kesehatan, dan mudah diolah menjadi berbagai hidangan makanan.

    Di Indonesia, jumlah perngrajin baik tahu maupun tempe diperkirakan mencapai lebih dari 83,545 , jumlah inipun belum di tambah dengan pekerja dan renter yang terlibat didalamnya. Sehingga tak mengherankan industri tahu tempe mempunyai peranan besar dalam menggerakkan roda perekomonian masyarakat.

    Namun tidak dapat dipungkri Industri Tahu Tempe masih dihadapkan dengan berbagai kendala, antara lain seperti kurangnya pengetahuan dan kepedulian lingkungan di kalangan pengrajin tahu tempe itu sendiri, serta keterbatasan modal yang membuat sebagian besar industri ini masih jauh dari aspek hygiene dan bersih. Maka tak mengherankan makanan tahu tempe masih sering dianggap sebagai makanan ”nomor dua”. Padahal bila melihat dari segi kesehatan, kandungan gizi tempe maupun tahu sangatlah tinggi.

    Pola Pembiayaan Kredit Untuk Investasi Produksi yang Hygienis
    Dalam kaitan persoalan yang dihadapi oleh para produsen tahu tempe serta peluang-peluang yang memungkinkan, pola pembiayaan kredit merupakan model pelayanan yang cukup taktis. Pola ini dapat membantu tiap tiap perajin di wilayah jakarta barat untuk memperbaiki peralatan produksinya dengan kemudahan pembiayaan, mengingat kebutuhan modal yang cukup besar menjadi kendala dalam perbaikan produksi.

    Jika penggunaan peralatan produksi dari stainless disadari sebagi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas produk tahu atau tempe, sementara banyak produsen terkendala persoalan akses dana untuk membeli peralatan produksi dimaksud, maka aplikasi pola pembiayaan kredit menjadi pilihan yang sangat relevan. Dengan sistem seperti ini tentu diperlukan koordinasi dan kerjasama antara pihak koperasi, equipment supplier serta perusahaan leasing. Koperasi dapat segera melakukan pendataan pada anggotanya yang akan membeli peralatan dengan cara cicilan dan melakukan pembelian, sementara suplier mempersiapkan  stock pemesanan atas peralatan yang diperlukan, sementara perusahaan leasing akan bertugas untuk “mengeksekusi” role yang sudah disepakati, misal barang yang sudah diterima produsen akan ditarik kembali bila kelak terjadi persoalan penarikan cicilan.

    Sosialisasi dan Peluncuran Produk
    Mempertimbangkan hal ini, program Tofu and Tempe Mercy Corps, bekerjasama dengan Primkopti Jakarta Barat akan menyelenggarakan Sosialisasi dan Peluncuran Produk yang mengambil tema ” Peranserta Primkopti Dan Aplikasi Pola Pembiayaan Kredit Sebagai Strategi Untuk Menjawab Tantangan Perbaikan Produksi Tahu-Tempe”, yang sedianya akan dihelat pada 20 Mei 2011 di kompleks Primkopti Jakbar. Dalam acara tersebut, selain agenda •    Seminar dan Diskusi terbuka, juga diikuti acara Direct Selling peralatan tahu tempe hygienis melalui pembiayaan leasing serta Peresmian showroom equipment tahu tempe untuk wilayah Kopti Jakarta Barat.

    Melalui kegiatan ini diharapkan bukan saja dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang ada, namun juga sebagai upaya untuk dapat mewujudkan peningkatan kualitas produksi tahu tempe yang lebih baik. Dan melalui pola bisnis yang berbasis kemitraan, diharapkan nantinya akan dapat membuka peluang-peluang lain yang lebih luas. Investasi dan perbaikan alat-alat produksi selanjutnya bukan saja memberi manfaat ke dalam (sektor produksi), tapi juga tentu akan menguntungkan masyarakat konsumen tahu tempe Indonesia secara umum dengan ditandai oleh meningkatnya kualitas produksi, aplikasi teknologi ramah lingkungan serta akses informasi atas produk yang dapat dipertanggungjawabkan melalui jalan branding atau pelabelan.

    Senin, 23 Mei 2011

    Yuk, Higieniskan Tempe Tahu Semanan

    Sosialisasi dan penawaran produk peralatan produksi tempe dan tahu higienis di Jakarta barat  berlangsung semarak, 20 Mei 2011, di gedung kompleks Kopti Semanan Jakarta Barat.  Acara yang terselenggara atas kerjasama Tim T&T Mercycorps dan Primkopti Jakarta barat itu selain dihadiri oleh anggota Kopti di wilayah Semanan, juga dihadiri oleh kolega-koleganya baik dari Kopti-kopti se-dejabotabek maupun rekanan-rekanan kerja seperti supplier kedelai, perusahaan leasing, perguruan tinggi dan lain-lain. Selain itu, bersamaan dengan ditunjuknya wilayah Semanan sebagai salah satu tempat tujuan wisata kuliner, hadir pula dalam kesempatan itu walikota administrasi Jakarta Barat, H. Burhanuddin beserta seluruh jajaran dinas pemerintahan yang dipimpinnya.

    Dalam sambutannya, walikota Jakarta Barat sangat apresiatif terhadap kerjasama yang digagas antara Kopti dan Mercycorps untuk memperbaiki pola produksi tempe dan tahu di wilayah tersebut.

    “Sekarang kami ke sini untuk melihat langsung kondisinya dan mendengar permasalahan yang ada dari perajin. Masalah sanitasi, lingkungan, jalan, drainase, IPAL (instalasi pengolahan air limbah), termasuk kompor gas dan soal mutu produknya, ini mungkin yang bisa tersentuh langsung,” papar Wali Kota. “Kita berharap, produk tahu tempe Primkopti Semanan semakin bermutu.”

    Sementara itu pihak Mercycorps yang diwakili oleh Bob Kurniawan menyampaikan harapannya yang besar terhadap efektifitas kerjasama tersebut untuk selanjutnya mampu memberi  kontribusi  yang signifikan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan pada masyarakat di wilayah Jakarta Barat. Dan seolah menajamkan hal tersebut, Program Manager T&T Mercycorps, Irfansyah, memaparkan tentang manfaat dari pola kerjasama pembayaran kredit peralatan tempe tahu sebagai salah satu strategi yang dipastikan berjalan efektif demi membuka peluang terjadinya konversi peralatan dari drum bekas oli menjadi peralatan stainless steel yang akan menjamin kebersihan proses produksi.

    “Dengan peralatan berbahan stainless steel, produksi tempe dan tahu akan menjadi lebih higienis, selain juga lebih efisien dalam  pengolahannya serta ramah terhadap lingkungan. Dan untuk menjadikan hasil produksi bisa seperti itu untuk saat ini tidaklah sulit. Dengan pola kerjasama yang melibatkan Primkopti, leasing dan penyedia alat, kita mampu mengakses peralatan pendukungnya dengan proses yang lebih mudah dan murah”, ungkap Irfansyah.

    Acara yang berlangsung sehari penuh tersebut dibagi dalam dua sesi besar. Sesi pertama yang berlangsung pada pagi sampai siang hari lebih banyak diisi dengan pandangan-pandangan umum terkait wilayah Semanan sebagai salah satu daerah yang akan ditetapkan sebagai salah satu tempat tujuan wisata Jakarta Barat. Secara khusus dalam sesi ini dilakukan tatap muka langsung antara warga Semanan anggota Primkopti dengan jajaran pemerintahan kota diikuti tinjauan lapang. Dalam kesempatan ini pula Mercycorps mempresentasikan pandangan umumnya terkait perbaikan pola produksi tempe dan tahu di wilayah tersebut.

    Dalam sesi kedua forum secara khusus diperuntukkan bagi para perajin bak tempe maupun tahu. Berbagai penjelasan lebih mendetail baik menyangkut pola produksi maupun teknis tatacara pemesanan dan pembayaran kredit dielaborasi di sini. M. Ridha dalam penjelasannya menggarisbawahi pentingnya mengkonversi drum bekas oli dengan drum stainless sebagai sebuah trobosan penting untuk memulai proses produksi yang sehat.

    “Bila bapak-bapak masih menggunakan peralatan dari drum bekas oli, cepat atau lambat produksi bapak-bapak akan ditinggalkan. Hal ini terkait kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat yang cenderung meningkat”, paparnya.

    Selain memberi penjelasan secara searah, dialog pun digelar untuk memberi feedback terhadap gagasan tersebut. Beberapa peserta tampak antusias bertanya terkait cara-cara pemesanan dan pembayaran serta hal-hal lain yang mereka pandang kurang jelas. Demi member jawaban yang seterang-terangnya dan selanjutnya mampu menggugah kesadaran mereka untuk berubah, pihak leasing yang dihadiri oleh lima orang karyawannya member penjelasan panjang lebar perihal teknis-teknis pemesanan dan pembayaran. Selain itu transaksi juga mulai berlangsung dilokasi yang sudah dimulai oleh beberapa orang perajin, setelah sebelumnya dalam sesi pertama penandatanganan kerjasama dilakukan antara pihak Primkopti dan perusahaan leasing, disaksikan Walikota Jakarta barat, Mercycorps dan warga Semanan. Acara baru ditutup sekitar jam 16.00 setelah diramaikan dengan hiburan berupa live music dan pembagian hadiah-hadiah menarik dari panitia dalam sesi doorprize. [Loji]

    Jumat, 29 April 2011

    Dengan Peralatan Stainless, Tempe Jelas Lebih Higienis

    Aplikasi peralatan produksi tahu tempe berbahan dasar stainless sebagai salah satu pilihan jalan dan solusi untuk menghasilkan produk tahu dan tempe yang lebih berkualiatas, higienis dan ramah lingkungan disambut baik oleh kalangan produsen yang sebelumnya masih menggunakan cara-cara konvensional yang dikenal cenderung “bawah standard makanan”. Hal ini tampak dari banyaknya pesanan peralatan stainless oleh para perajin melalui induk koperasinya masing-masing seperti terlihat dari penyelenggaraan Tahu Tempe Fair di Kopti Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

    Dari petikan berbagai interview oleh Tim T&T Mercycorps kepada beberapa perajin baik yang ada di Jakarta maupun Bekasi, rata-rata mereka menyatakan cukup puas dengan perubahan yang terlihat dari proses pembuatan dibanding dengan masa-masa sebelumnya.

    Yo jelas beda, Mas”, ungkap Pak Sunoto ketika ditanya tentang perbandingan pemakaian drum stainless dengan drum bekas oli. “kalau memakai cara lama tentu prosesnya cenderung tidak bisa bersih. Selain itu dengan drum ini juga menjadi lebih mudah karena tidak harus nungging-nungging (menjorokkan tubuh ke dalam drum. Red), yang itu menyebabkan perajin menjadi gerah dan berkeringat deras yang tentunya bisa jatuh ke rebusan kedelai”, tambahnya sembari tertawa.

    Seperti halnya Pak Noto, Nuraji, perajin tempe asal Kranggan, Bekasi tampak bersemangat sekali saat menjelaskan hasil percobaannya menggunakan drum stainless kepada salah seorang teman sesama perajin tempe beberapa hari lalu di rumahnya. “Aku baru seminggu memakai drum ini, tapi bener hasilnya pancen bedho banget (Jawa: memang sangat berbeda)”, ungkapnya dengan bahasa Jawa yang lugas. “saat penggodokan sudah tampak lebih putih dan bersih”, tambahnya lagi.

    Baik Sunoto maupun Nuraji sudah menggunakan peralatan stainless dan telah merasakan manfaat peralatan tersebut untuk memperbaiki proses dan hasil produksinya, hal yang tentu diharapkan oleh perajin-perajin lainnya yang hendak mengaplikasikan. Dan untuk menjaga produksi tersebut keduanya pun sudah melakukan branding atau melabeli produknya dengan nama tertentu. Meski mengaku belum dapat sepenuhnya merasakan dampak label secara langsung, keduanya berharap bahwa proses ini akan dapat membantu memberi gambaran yang cukup jelas kepada masyarakat terhadap produk mereka serta menjadi investasi bagi standard kontrol kualitas atas produk mereka. Semoga.[L]

    Memperbaiki Proses Produksi Tahu Tempe Melalui Pola Pelayanan Satu Atap dan Branding

    Proses produksi tahu tempe  yang selama ini dapat ditemui pada kebanyakan perajin di Indonesia dianggap masih jauh dari kesan dan harapan atas sebuah proses produk makanan yang bersih dan higienis. Hal ini cukup disayangkan mengingat tahu dan tempe merupakan jenis makanan yang tergolong menyehatkan dan sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, selain juga terbilang sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat di berbagai lapisan, baik yang tinggal di kawasan pedesaan maupun perkotaan di Indonesia.

    Menurut data KOPTI tahun 2010, jumlah pengrajin tahu dan tempe di Indonesia tidak kurang dari 83,545. Jumlah tersebut masih menyisakan renter maupun pekerja pendukungnya secara keseluruhan. Maka tentu tak dapat diragukan bila sektor tahu tempe memiliki andil penting baik dalam hal penyerapan tenaga kerja maupun perputaran ekonomi masyarakatnya.

    Tahu tempe merupakan sektor kerja yang sangat potensial untuk dikelola dan dikembangkan penataan atas praktek produksinya. Selain dapat meningkatkan nilai tawar produksi, hal yang juga tak kalah penting adalah terlindunginya hak konsumsi masyarakat atas produk makanan tahu tempe yang benar-benar sehat, baik dilihat dari sudut pandang proses pembuatannya maupun asupan-asupan yang dikandungnya.

    Dilatarbelakangi oleh hal tersebut maka project T&T kemudian mengupayakan pemakaian peralatan produksi berbahan stainless steel sebagai ganti dari peralatan tradisional pada umumnya yang terbuat dari drum bekas oli, atau peralatan produksi lainnya yang tidak sesuai dengan standar untuk pangan,  serta berdampak buruk terhadap kondisi kerja dan lingkungan . Hal ini dimaksudkan untuk menjaga proses produksi agar menjadi lebih bersih, effisien dan ramah lingkungan

    Namun demikian, hal yang cukup menyulitkan bagi para pengrajin adalah pada lemahnya akses modal untuk pembelian peralatan tersebut, mengingat sebagian besar usaha masih berbentuk industri rumahan. Maka untuk menyiasati permasalahan ini maka Team T&T Mercycorps bekerjasama dengan Primkopti Jakarta Selatan, equipment supplier dan sebuah perusahaan leasing Prima Finance mengupayaan pengadaan barang melalui leasing, yang menjadi bagian dari layanan Pola Pelayanan Satu Atap (One Stop Service).

    Pola Pelayanan Satu Atap
    Secara umum pola pelayanan satu atap (one stop service) merupakan sebuah model pelayanan yang cukup taktis. Pola ini mempertemukan beberapa instansi atau lembaga untuk bekerjasama satu sama lain, berdasarkan spesifikasi dan fungsi kerjanya masing-masing, untuk mencapai sebuah muara yang sama, satu bentuk sasaran yang sama, di samping itu juga jenis aneka layanan yang diberikan bisa diperoleh pada satu tempat atau lembaga.

    Jika penggunaan peralatan produksi dari stainless steel disadari sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas produk tahu atau tempe, sementara banyak produsen terkendala persoalan akses dana untuk membeli peralatan produksi dimaksud, maka aplikasi one stop service menjadi pilihan yang sangat relevan. Dengan pola “satu atap”, maka koordinasi dan kerjasama diharapkan terjadi antara pihak koperasi (Primkopti), equipment supplier serta perusahaan leasing. Koperasi dapat segera melakukan pendataan pada anggotanya yang akan membeli peralatan dengan cara cicilan dan lantas melakukan pembelian, sementara suplier mempersiapkan  stock pemesanan atas peralatan yang diperlukan, sementara perusahaan leasing akan bertugas untuk “mengeksekusi” role yang sudah disepakati, misalnya barang yang sudah diterima produsen akan ditarik kembali bila kelak terjadi persoalan di tingkat penarikan cicilan.

    Pelayanan satu atap pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas melalui peminimalan “jarak” antara lembaga-lembaga terkait. Dengan demikian maka waktu dapat diperpendek dan model pelayanannya menjadi lebih mudah dengan tingkat resiko yang relatif rendah.

    Branding
    Debut pengupayaan produksi tahu dan tempe higienis oleh team T&T Mercycorps sepenuhnya ditujukan untuk perbaikan rantai nilai tahu tempe yang pada gilirannya juga akan memberi input dan manfaat besar bagi baik usaha maupun konsumsi tahu tempe di Indonesia pada umumnya dan Jabodetabek pada khususnya. Produk tahu tempe higienis diarahkan bukan saja karena sejalan dengan pertumbuhan kesadaran masyarakat akan makanan sehat, namun juga dilatarbelakangi pentingnya mendorong proses produksi yang peka dan ramah terhadap lingkungan. Sehingga dengan demikian, produksi akan menjadi tidak semata-mata berorientasi pada omset dengan menegasikan keamanan konsumsi dan keseimbangan lingkungan. Maka dalam kaitan tersebut, pengadaan branding sebagai langkah sosialisasi produk higienis dan kontrol terhadap kualitas menjadi kebutuhan lanjutan yang juga tak kalah pentingnya.

    Branding yang notabene merupakan bagian dari strategi pemasaran memilki andil yang tidak kecil, bukan saja untuk memperkenalkan sebuah produk tertentu, namun juga memberi manfaat dalam hal standard kualitas, yang itu berarti memberi dorongan tersendiri bagi produsen untuk peduli dan bertanggung jawab mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilai produksinya.

    Kebutuhan akan makanan sehat yang sedang berkembang di tengah masyarakat modern saat ini mau tidak mau harus direspon secara positif melalui perbaikan produk secara sungguh-sungguh dan untuk selanjutnya mampu dipertanggungjawabkan melalui jalan pelabelan atau branding. Demikian pula yang diupayakan terjadi pada produksi tahu dan tempe. Potensi ekonomi yang dimilikinya beserta pasar besar yang menantinya harus mampu dijawab melalui pengupayaan produksi yang benar-benar sehat disertai branding sebagai bagian tak terpisahkan dari komitmen dan tanggung jawab produsen terhadap kualitas produksinya.

    Sampai saat ini, dari sekian produsen tahu tempe dampingan team T&T Mercycorps yang telah mengaplikasikan penggunaan peralatan produksi stainless steel, sedikitnya terdapat 3 produsen yang telah melakukan branding. Pada tahap pertama, Team mensupport untuk pembiayaan cetak dan desain label untuk memudahkan serta memberi gambaran terhadap pelabelan dan manfaatnya kelak di kemudian hari. Dengan langkah ini Mercycorps berharap akan tumbuh kesadaran pada ranah produksi, bahwa perbaikan produk tahu tempe merupakan keniscayaan dan tanggung jawab produsen sebagai bagian pula dari tanggung jawab sosial kemasyarakatan, di samping tentunya manfaat ekonomi. Bahwa produk sehat yang dibutuhkan masyarakat bukan semata-mata menjadi tanggung jawab konsumen yang harus pandai-pandai memilih, namun juga merupakan kewajiban produsen untuk ikut serta menjaga produksinya agar tak memberi ekses negatif kepada konsumen, ditambah pula bahwa proses produksi tersebut sedapatnya berlangsung efisien, sehat dan ramah terhadap lingkungan. Dan walhasil, hal-hal tersebut dapat dan mampu dijelaskan melalui jalan branding, sehingga terwujud produksi tahu dan tempe higienis dan ramah lingkungan yang dapat diapresiasi dengan baik oleh masyarakat dan menumbuhkan sebuah pola baru yang lebih baik pada sektor produksi tahu tempe di masa-masa yang akan datang.[L]

    Kamis, 14 April 2011

    Showroom Primkopti: Pelayanan Satu Atap Bagi Pengrajin Tahu & Tempe

    Lebih kurang 150 orang undangan baik dari pihak pemerintah, para pengurus Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI), media, ibu-ibu PKK dan juga para pengrajin tahu & tempe ikut menghadiri acara diskusi dan peluncuran produk di halaman kantor Gedung Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Jakarta Selatan, Jalan Kalibata Tengah No.9 Jakarta Selatan pada Selasa kemarin, 12 April 2011. Primkopti Jakarta Selatan mengetengahkan peran serta dan aplikasi pelayanan satu atap para pengrajin tahu dan tempe anggotanya.

    “Jika sebelumnya, usaha pelayanan Primkopti hanya pada penyediaan bahan baku kedelai kepada pengrajin tahu tempe, kini kami mulai menambahkan penyediaan peralatan produksi yang lebih higienis”, ujar H. Tjasbari selaku pengurus dari Primkopti Jakarta Selatan.

    Dimulai acara diskusi pada sesi pagi hari yang menampilkan paparan dari pihak Primkopti Jakarta Selatan sendiri, Program Tahu & Tempe Mercy Corps dan juga Prima Finance, sebuah lembaga pembiayaan yang terlibat dalam hal pembiayaan peralatan bagi pengrajin tahu tempe yang menginginkan membeli peralatan higienis secara kredit.

    Direktur Prima Finance dan Ketua Umum Primkopti Jakarta Selatan juga melakukan penandatangan nota kesepahaman/MoU sebagai bentuk kerjasama aktif dalam membantu pembiayaan peralatan higienis bagi para pengrajin tahu tempe anggota Primkopti Jakarta Selatan serta tersedianya ruang pamer/showroom untuk peralatan produksi yang higienis tersebut.

    “Ini merupakan potensi bagi usaha kami menyediakan pembiayaan peralatan higienis bagi pengrajin tahu tempe, selain jug sebagai bentuk tanggung jawab sosial kami untuk mendorong pengrajin memproduksi tahu dan tempe yang sangat digemari oleh masyarakat agar lebih higienis lagi,” kata Dedy Araan dari Prima Finance.

    Memang selama ini peralatan produksi yang digunakan oleh para pengrajin tahu dan tempe masih secara sederhana, seperti drum untuk perebusan kedelai tempe menggunakan drum bekas oli yang jelas tidak memenuhi standar kesehatan. Sementara tahang kayu untuk tahu yang permukaannya tidak mulus sehingga sisa-sisa kedelai masih menempel dan mempercepat pembusukan. Produk tahu jadi tidak tahan lama.
       
    Mercy Corps mencoba menawarkan produksi yang lebih higienis, efisien dan ramah lingkungan. Antara lain dengan peralatan stainless steel. Misalnya untuk merebus kedelai dalam pembuatan tempe, drum bekas oli diganti dengan drum stainless. Dan tahang dari stainless steel yang menggantikan tahang dari kayu jati yang diperlukan dalam pembuatan tahu. Ada juga ketel uap, alat giling, dan beberapa peralatan lain. Bahan bakar yang digunakan adalah gas yang menggantikan kayu bakar.

    “Awalnya kami membantu dengan memberikan subsidi kepada pengrajin di berbagai wilayah di Jabotabek, termasuk di Jakarta Selatan untuk peralatan berupa drum stainless steel untuk produksi tempe dan juga kegiatan studi banding bagi pengrajin tahu melihat pabrik tahu yang sudah menerapkan produksi yang higienis, efisien dan ramah lingkungan di Bekasi dan Bandung., ungkap Irfansyah, Program Manajer Tahu & Tempe (T&T Program) Mercy Corps, yang dilanjutkan oleh H. Sutaryo, Ketua Bidang Usaha Primkopti Jakarta Selatan, “Ini sebagai usaha yang baik untuk dilanjutkan oleh kami untuk membantu meningkatkan kualitas produksi anggota kami para pengrajin tahu dan tempe”.

    Sementara Direktur Mercy Corps Indonesia Sean Granville-Ross mengatakan, kegiatan ini tidak hanya ditujukan bagi perajin untuk meningkatkan produksi. ”Ini juga menjadi titik awal untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen terhadap makanan sehat dan higienis,” katanya.


    Dalam sesi kedua di siang hari, acara utama adalah peluncuran produk/launching product tempe berlabel dari salah satu pengrajin tempe anggota Primkopti Jakarta Selatan, “Tempe Sahroni”. Diperkenalkan produk tempe tersebut bahwa proses produksinya telah menggunakan peralatan yang higienis dan si pengrajin adalah anggota Primkopti Jakarta Selatan. “Jadi label ini untuk membedakan bahwa ini merupakan tempe yang bagus dan higienis, drumnya sudah tidak pakai drum bekas oli lagi, tetapi drum stainless steel”, jelas H. Tjasbari saat melakukan penyerahan secara simbolik produk tempe tersebut kepada seorang ibu sebagai perwakilan konsumen.

    “Dari penggantian bahan bakar memang akan ada pembengkakan biaya. Rata-rata dalam satu hari seorang perajin yang mengolah sekitar 100 kilogram kedelai membutuhkan 1 kuintal kayu bakar seharga Rp 12.000. Jika memakai gas, diperlukan satu seperempat tabung gas ukuran 3 kilogram seharga sekitar Rp 18.000. Namun, konsistensi penggunaan peralatan ramah lingkungan membuat pabrik akan lebih efisien, bersih, asap berkurang, dan produksi tahu tempe bakal otomatis terdongkrak”, kata Irfansyah kembali, yang diamini oleh H. Sutaryo kembali, “laba pun bakal bertambah”.

    Dalam bagian akhir acara tersebut, juga dilakukan pembagian doorprize melalui tantangan bernyanyi diantara para pengrajin tahu dan tempe yang hadir untuk menyanyikan lagu “Tahu Tempe” lagu dari era tahun 70-an oleh Oslan Husein dan juga lomba cara produsen tempe mempromosikan produk tempe yang higienis kepada konsumen mereka. Para pengrajin tampak senang dan terhibur dengan acara perlombaan tersebut.

    Usai perlombaan, acara ditutup. Kemudian para pengrajin dapat secara langsung mengunjungi showroom peralatan produksi. Beberapa dari pengrajin tempe terlihat sibuk melihat-lihat dan bertanya kepada staf Prima Finance tentang peralatan-peralatan yang dipamerkan dan harga serta mekanisme pembayarannya. “Ini sangat bagus karena bisa membantu produsen untuk mendapatkan peralatan produksi yang higienis dengan lebih mudah dengan kredit, ujar Subadi seorang produsen dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Tampak terlihat beberapa produsen tersebut senang pulang dengan membawa peralatan baru yang mereka beli dari showroom tersebut. Transaksi yang tercatat dalam acara tersebut sangat bagus. Lebih dari lima pengrajin yang membeli secara tunai dan 4 orang pengrajin yang mengajukan pembelian secara kredit melalui Prima Finance. Seperti Dwi Toenanto, seorang produsen tempe dari Bintaro Jakarta Selatan yang tengah membeli burner kompor gas seharga IDR 350.000 secara tunai. “Saya sudah beli drum stainless dulu dan sekarang ada burner kompor di sini, jadi saya membelinya dengan cash. Dan ini sangat bermanfaat, pak”, jelasnya. (Alique Nursholiqin).

    Berita terkait:
    http://cetak.kompas.com/read/2011/04/13
    http://industri.kontan.co.id

    Rabu, 13 April 2011

    Saatnya Perajin Tahu dan Tempe Manfaatkan Teknologi agar Tetap Berkibar

    (KOMPAS/Cetak 13 April 2011) Jika ingat tempe tahu, terbayang informasi miring tentang cara pembuatannya yang harus diinjak-injak dulu dengan kaki telanjang.

    ”Mana mungkin bersih ya tempe tahunya,” kata Wini (24), karyawan swasta, Selasa (12/4).

    Padahal, sejak beberapa tahun silam pembuatan tahu tempe sudah mengadopsi teknologi, seperti penggilingan kedelai dengan alat giling.

    ”Namun, peralatan yang digunakan perajin belum benar-benar sesuai dengan standar peralatan produksi makanan. Oleh karena itu, diperkenalkanlah serangkaian peralatan sederhana tetapi tepat guna kepada para perajin, yaitu penggunaan peralatan berbahan baku stainless steel dan berbahan bakar gas,” kata Irfansyah, Ketua Program Tahu dan Tempe Mercy Corps, kemarin.

    Teknologi tepat guna yang ditawarkan Mercy Corps, antara lain, drum stainless steel untuk merebus kedelai dalam pembuatan tempe. Drum ini menggantikan drum bekas yang biasanya untuk mewadahi oli. Ada juga tahang dari stainless steel yang menggantikan tahang dari kayu jati yang diperlukan dalam pembuatan tahu. Ada juga ketel uap, alat giling, dan beberapa peralatan lain. Bahan bakar yang digunakan adalah gas yang menggantikan kayu bakar.

    ”Drum bekas oli jelas tidak memenuhi standar kesehatan. Kalau tahang dari kayu, permukaannya tidak mulus sehingga sisa-sisa kedelai masih menempel dan mempercepat pembusukan. Produk tahu jadi tidak tahan lama. Jika pakai tahang stainless steel, tahu bisa tahan sampai 2-3 hari,” kata Irfan.

    Irfan mengakui akan ada pembengkakan biaya. Rata-rata dalam satu hari seorang perajin yang mengolah sekitar 50 kilogram kedelai membutuhkan 1 kuintal kayu bakar seharga Rp 12.000. Jika memakai gas, diperlukan satu seperempat tabung gas ukuran 3 kilogram seharga sekitar Rp 18.000.

    Namun, konsistensi penggunaan peralatan ramah lingkungan membuat pabrik akan lebih efisien, bersih, asap berkurang, dan produksi tahu tempe bakal terdongkrak. Otomatis, kata Irfan, yang diamini Sutaryo, Ketua Bidang Usaha Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Jakarta Selatan, laba pun bakal bertambah.

    Di Indonesia, tahu tempe telah mempunyai nilai rantai ekonomi yang menjadi kunci bagi perekonomian lokal. Produksi tempe tahu menjadi sumber pendapatan bagi 85.000 usaha yang melibatkan 285.000 pekerja dan menghasilkan pendapatan Rp 700 miliar per tahun.

    Berbekal perhitungan tersebut, Selasa pagi kemarin, perajin tahu tempe yang menjadi anggota Primkopti Jakarta Selatan diundang pada peluncuran peralatan pembuatan tahu tempe berteknologi tepat guna dan ramah lingkungan di Jalan Kalibata Tengah, Jakarta Selatan. Sembari diperkenalkan dengan peralatan baru, perajin mengikuti seminar bertajuk ”Menjawab Tantangan Perbaikan Produksi Tahu Tempe Melalui Peran Serta Primkopti dan Aplikasi Pola Pelayanan Satu Atap”. Acara ini hasil kerja sama antara Primkopti Jakarta Selatan dan Mercy Corps.

    Direktur Mercy Corps Indonesia Sean Granville Ross mengatakan, kegiatan ini tidak hanya ditujukan bagi perajin untuk meningkatkan produksi.

    ”Ini juga menjadi titik awal untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen terhadap makanan sehat dan higienis,” katanya. (NELI TRIANA)

    Berita Terkait:
    http://industri.kontan.co.id

    Kamis, 17 Maret 2011

    Pelatihan Penerapan Industri Tahu Ramah Lingkungan



    Pelatihan di lapangan
    Program Value Initiative yang terlaksana atas konsorsium Mercy Corps Int, Swisscontact, PUPUK Bandung dan Micra, bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup mengadakan kegiatan Pelatihan Penerapan Industri Tahu Ramah Lingkungan. Pelatihan ini mengambil tema “Meningkatkan Kinerja Tahu Melalui Penerapan Industri Tahu Melalui Penerapan Industri Tahu Yang Ramah Lingkungan dan Higienis”. Kegiatan pelatihan dilakukan pada hari Senin, 5 Juli 2010 yang bertempat di Gedung C, Kementerian Lingkungan Hidup, Jl. DI. Panjaitan  Jakarta Timur.

    Pelatihan yang dilatarbelakangi  rendahnya aspek hygiene dan kebersihan dalam pengolahan tahu serta umur peralatan yang sudah relatif tua memiliki tujuan sebagai berikut :
    • Mencetak kader-kader yang dapat menerapkan serta mempromosikan industri tahu yang lebih efisien, ramah lingkungan serta lebih higienis.
    • Para penyedia peralatan (teknologi) dapat lebih memahami karakteristik dan kebutuhan dari industri tahu yang ramah lingkungan dan higienis.
    • Meningkatkan kemampuan para kader untuk membantu pengrajin dalam mengakses sistem pendanaan DNS.
    Pelatihan dibuka dengan laporan panitia, sambutan dari Mercy Corps yang diwakili oleh Mr. Sean Granville Ross, sambutan dari Bapak Suyanto dari Gakoptindo (Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia) dan sambutan terakhir oleh Bapak Tulus Laksono dari Kementerian Lingkungan Hidup. Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan penandatanganan MoU oleh Mercy Corps, Kementerian Lingkungan Hidup dan Gakoptindo sebagai bentuk keseriusan dalam menjalankan program pengolahan tahu yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

    Pelatihan ini diikuti oleh 49 peserta dari berbagai kalangan, dengan rincian 13 orang perwakilan instansi pemerintah, 27 orang  pengurus Kopti perwakilan Jabodetabek dan Jawa Barat serta produsen tahu, dan 2 orang merupakan perwakilan supplier peralatan ditambah  7 orang dari Mercy Corps.

    Materi pelatihan terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama menghadirkan 4 orang pembicara yang terdiri dari Tulus Laksono dari Kementrian Lingkungan Hidup(KLH) yang menjelaskan mengenai pengelolaan usaha kecil yang berasaskan lingkungan serta progam KLH untuk pendanaan usaha kecil, Bosar Pardede, Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM yang menjelaskan mengenai Keamanan Pangan: Cara produksi yang baik untuk industri rumah tangga dan  Pramiyati, konsultan senior Kementerian Lingkungan Hidup, yang menyampaikan Perubahan Proses Produksi Tahu Berwawasan Lingkungan.

    Sesi kedua menghadirkan 3 pembicara, yakni Nyeo Tony Martono,  teknisi ketel uap,  yang menjelaskan mengenai ketel uap hemat energi, Popo Riyanto,  Direktur Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Yogyakarta,  yang menjelaskan mengenai Pengelolaan air limbah tahu, dan Restuning Destiani,  CV Surya Mas selaku produsen peralatan. Moderator oleh Irfansyah dari VIP Mercy Corps.  Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan kunjungan pabrik tahu di Utan Kayu Utara  Jakarta Timur, milik H. Momo Sutisna sebagai pilot project dari VIP


     


    Silahkan copas [CODE]
    diatas. Shout to tell us,
    'n kami akan linkback:)


    Tahu Tempe